Seorang bijak pernah berkata, “kualitas karya kita akan menjelaskan SIAPA
KITA. ”Tiap lekuk yang terbentuk dari buah tangan takkan jauh dari penciptanya”.
Begitu pula sebuah karya lahir dengan roh dan jiwa yang terhembus dari
tangan-tangan lincah penciptanya.
Pencipta itu adalah kita. Setiap diri punya rasa untuk mencipta yang
berarti punya rasa untuk berkarya. Tak berkarya berarti mati. Apalah arti
perjalanan langkah kaki di atas bumi tanpa jejak-jejak pijakan. Sepudar apapun
ia, kan tetap menjadi bukti keberadaan kita.
Lalu, SUDAHKAH KITA BERKARYA???
Sebuah karya ternilai relatif di pandangan manusia. Karena itu tak perlu
ada kata takut dan malu. Kita hanya perlu malu bila tak mau berkarya karena
semua punya bakat untuk itu, seburuk dan sekecil apa pun itu.
Telah ramai hasil karya manusia di bumi ini dari laki-laki hingga wanita.
Tua-muda, kaya-miskin, berpendidikan-tak berpendidikan, pejabat-buruh dari
setiap sudut jagad raya. Terkenal dan tidaknya, bermanfaat/tidak tergantung
dari mereka yang membutuhkannya. Wujud nyata hasil karya itulah yang akan
mengenalkan dunia tentang penciptanya. Karya itulah yang akan menjelaskan pada
dunia tentang diri kita. Mungkin pula apa karya kita hari ini akan menjelaskan
siapa kita di masa depan.
Dear, friend
Dari silau teriknya matahari siang aku ingin berkisah. Dimana pun kalian,
kondisi seberat apa pun, dan selemah apa pun lingkungan kita, JANGAN MENYERAH
UNTUK BERKARYA! Aku disini dari sudut terjauh keramaian kota mencoba berkarya
meski tertatih. Serba sempitnya ruang gerak tetap mampu membuatku mampu
menggeliat hanya sekedar untuk berkarya demi mereka yang butuh buah tangan dan
pikirku.
Meski berawal dari kerabunan rasa ikhlas dan tanpa kepastian yang indah terus kujalani demi sebuah karya disini, sampai saatnya aku harus berkarya di tempat lain. Aku yakin bila karya yang indah mampu kucipta, maka dunia akan mengenalku dengan indah. Dan aku pun mampu berkata “Inilah AKU.”