Welcome...

Selamat Datang di Blog Sedehana ini. Insya Allah, Sajian Intelektual akan Senantiasa Menemani Perjalanan Browsing Anda. Salam...

Peringatan Hari Lahir Pancasila. Kita Indonesia, Kita Pancasila

Upacara Peringatan Hari Lahir Pancasila yang dirangkaikan dengan Penyerahan SK CPNS Dosen dan Staf Lingkup Unsulbar.

Squad Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris

Foto bersama stakeholder pasca mengikuti rapat kerja Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsulbar

Sambutan Koordinator Unit Asistensi Mengajar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsulbar

Pelepasan Mahasiswa Asistensi Mengajar dirangkaikan dengan Penandatangan MoU dengan Sekolah-Sekolah Mitra di Kabupaten Majene dan Polman

Narasumber Lokakarya Program Sekolah Penggerak di Hotel Lilianto Kab. Polman

Lokakarya dihadiri oleh kepala sekolah dan Dua Perwakilan Guru Komite Pembelajaran disetiap Sekolah Penggerak di Kab. Polman

Bimbingan Teknis di BPMP Sulawesi Barat

Bimtek Penyusunan Instrumen Akreditasi Program Studi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Unsulbar

Kenangan bersama UPT SMAN 4 Wajo

Penyerahan Sumbangan untuk Masjid UPT SMAN 4 Wajo (Kiri) dan Penghargaan Olimpiade Sains Nasional (Kanan)

Thursday, 5 November 2020

SEBUAH KARYA DALAM HEMPASAN TETESAN NURANI

Seorang bijak pernah berkata, “kualitas karya kita akan menjelaskan SIAPA KITA. ”Tiap lekuk yang terbentuk dari buah tangan takkan jauh dari penciptanya”. Begitu pula sebuah karya lahir dengan roh dan jiwa yang terhembus dari tangan-tangan lincah penciptanya.

Pencipta itu adalah kita. Setiap diri punya rasa untuk mencipta yang berarti punya rasa untuk berkarya. Tak berkarya berarti mati. Apalah arti perjalanan langkah kaki di atas bumi tanpa jejak-jejak pijakan. Sepudar apapun ia, kan tetap menjadi bukti keberadaan kita.

Lalu, SUDAHKAH KITA BERKARYA???

Sebuah karya ternilai relatif di pandangan manusia. Karena itu tak perlu ada kata takut dan malu. Kita hanya perlu malu bila tak mau berkarya karena semua punya bakat untuk itu, seburuk dan sekecil apa pun itu.

Telah ramai hasil karya manusia di bumi ini dari laki-laki hingga wanita. Tua-muda, kaya-miskin, berpendidikan-tak berpendidikan, pejabat-buruh dari setiap sudut jagad raya. Terkenal dan tidaknya, bermanfaat/tidak tergantung dari mereka yang membutuhkannya. Wujud nyata hasil karya itulah yang akan mengenalkan dunia tentang penciptanya. Karya itulah yang akan menjelaskan pada dunia tentang diri kita. Mungkin pula apa karya kita hari ini akan menjelaskan siapa kita di masa depan.

Dear, friend

Dari silau teriknya matahari siang aku ingin berkisah. Dimana pun kalian, kondisi seberat apa pun, dan selemah apa pun lingkungan kita, JANGAN MENYERAH UNTUK BERKARYA! Aku disini dari sudut terjauh keramaian kota mencoba berkarya meski tertatih. Serba sempitnya ruang gerak tetap mampu membuatku mampu menggeliat hanya sekedar untuk berkarya demi mereka yang butuh buah tangan dan pikirku.

Meski berawal dari kerabunan rasa ikhlas dan tanpa kepastian yang indah terus kujalani demi sebuah karya disini, sampai saatnya aku harus berkarya di tempat lain. Aku yakin bila karya yang indah mampu kucipta, maka dunia akan mengenalku dengan indah. Dan aku pun mampu berkata “Inilah AKU.”

ARTI SEBUAH NAMA UNTUKKU

Menurutku nama seseorang itu merupakan salah satu indikator yang bisa melambangkan karakter dan watak seseorang. Orang tua kita memberikan nama kepada anaknya dengan hati-hati dan penuh pertimbangan. Mereka mustahil akan memberikan nama yang buruk untuk anaknya, karena mereka berharap sesuatu yang terbaik bagi diri anaknya.

Nama sangat berperan dalam kehidupan kita. Dengan nama, kita dapat membedakan identitas seseorang. Meskipun kadang ada kemiripan nama. Nama itu adalah milik kita yang tidak bisa diirebut orang lain karena masing-masing orang memiliki nama. Kita tidak bisa mengganti nama kita karena itu adalah pemberian orang tua kita, meskipun nama itu tidak kita sukai.

Orang tua memberi kita nama dengan maksud tersendiri agar kita menjadi orang yang berguna. Masing-masing nama memiliki arti tersendiri, tapi ada orang yang tidak tahu arti dari namanya.

Kata Guru Agamaku, nama itu memiliki peranan yang sangat penting. Di hari akhirat nanti, pada saat penimbangan amal baik dan buruk. Apabila amal baik dan buruk kita seimbang, maka yang menentukan dimana kita akan masuk, apakah surga atau neraka, itu adalah nama kita. Arti dari nama kita itu baik atau tidak. Jika baik, kita akan masuk surga tapi sebaliknya jika buruk maka akan masuk neraka.

Nama sangat berpengaruh dalam kehidupan. Dengan nama, kita dapat membedakan seseorang. Apabila kita memanggilnya, kita dapat menyebut namanya. Olehnya itu, kita tidak bisa mengganti nama kecuali apabila kita belum baligh.


Friday, 8 July 2016

IBU, PEJUANG DIBALIK LAYAR

Kenapa ibu rumah tangga itu mulia sekali? Kenapa? Karena dia membesarkan anak-anak? Bukan itu jawabannya, karena banyak orang yang bisa membesarkan anak-anak sama baiknya degan mereka, baby sitter misalnya, dibayar. Karena dia mendidik anak-anak? Bukan. Karena toh juga banyak yang bisa mendidik anak-anak lebih baik, guru, trainer, instruktur misalnya. Semakin profesional, semakin jago--meski semakin mahal bayarnya.

Kenapa ibu rumah tangga itu mulia sekali? Jawabannya adalah: karena mereka mengorbankan hidup mereka demi orang2 di sekitarnya berkembang. Pengorbanan, itulah kata kuncinya.

Sungguh, tidak terbilang ibu rumah tangga yang bisa saja jadi wanita karir, bisa menggapai CEO, direktur, tapi dia memilih menjadi ibu rumah tangga di rumah saja. Tidak terbilang ibu rumah tangga yang bisa jadi profesor, doktor, jadi apapun yang mereka mau karena pintar dan brilian. Tidak terbilang dari mereka yang bisa jadi Presiden, Menteri, astronot, dokter, artis, apapun itu, tapi ketika mereka memilih menghabiskan waktu menjadi ibu rumah tangga, mereka telah mengambil langkah yang amat mulia: mengorbankan hidup mereka demi membesarkan dan mendidik anak-anaknya, mendukung suaminya dari belakang, menjadi orang dibalik layar. Mereka mengorbankan hidupnya agar orang disekitar berkembang.

Kenapa menjadi guru itu amat mulia? Juga sama rumusnya, karena guru-guru terbaik, hei, sejatinya guru2 terbaik ini bisa sukses kalau dia mau jadi pengusaha, mau jadi insinyur, tapi mereka memilih mengajar dengan kesadaran penuh, dengan kecintaannya. Mereka mengorbankan hidupnya dengan cukup menjadi guru saja, mendidik anak-anak, agar anak-anak ini berkembang baik, menjadi kebanggaan. Tahu resikonya, tidak akan kaya raya dengan jadi guru. Jalan yang dia pilih. Itulah kenapa guru amat mulia.

Disekitar kita, banyak sekali jenis pengorbanan yang indah. Sebatang lilin membiarkan tubuhnya meleleh demi terang sekitar. Seorang Ibu rela hidup-mati demi melahirkan anak tersayang. Seorang Ibu rela tidak beli baju demi anak-anaknya beli baju. Tidak tidur demi anak-anaknya tidur. Pengorbanan2 yang mengharukan. Dan kita, Kawan, selalu bisa mengambil jalan itu, jalan pengorbanan. Bersedia menukar hidup kita demi kebahagiaan orang-orang yang kita sayangi.

Ketahuilah, semakin lapang hati kita memilihnya, semakin lega, maka semakin indah jalan pengorbanan itu. Dilakukan penuh kesadaran, dilakukan penuh ihklas dan tulus. Biarlah, biarlah orang-orang yang kita cintai berkembang, orang-orang menggapai cita-cita, mimpi-mimpi terbaiknya, kita memutuskan menjadi jalan terbaik bagi mereka, mensupport, mendukung. Nama kita boleh jadi tidak akan diukir di prasasti, nama kita boleh jadi tidak akan diingat siapapun. Tapi kita akan selalu mengukir, mengingat ketulusan pengorbanan yang kita lakukan. Itulah kenapa Ibu rumah tangga amat mulia dan spesial. Mereka adalah pahlawan dalam sebuah pertempuran besar egoisme, keinginan diri sendiri.

Tuesday, 5 July 2016

RENUNGAN RAMADHAN 1437 H

Shalat itu paling lama rata2 hanya 5-10 menit. Ada yang 15-30 menit, ada yang berjam-jam, tapi positif, tidak ada shalat lebih 12 jam, karena malah nabrak waktu shalat wajib berikutnya. Jadi harus dihentikan.

Bayar zakat, itu lebih cepat lagi, wushh, paling 1-2 menit. Genap ijab kabulnya, beres. Malah sekarang, jika pakai transfer, cukup klik, klik lewat internet banking. Infaq, sedekah, semuanya termasuk ibadah cepat.

Puasa lebih lama, kita butuh 12-14 jam, rata2. Di belahan bumi lain, ada puasa yg 20 jam (karena siangnya super panjang, malamnya super pendek); tapi nggak ada puasa lebih dari 24 jam. Dijamin. Harus buka.

Naik haji atau umroh, bisa berhari2, karena prosesnya cukup banyak. Ditambah dengan menghitung perjalanan dan proses sunnahnya, bisa berpuluh hari di tanah suci. Tapi tidak akan lebih dari berbulan2, selesai ibadahnya.

Pekerjaan kita juga ibadah. Masuk kantor, atau pabrik, diniatkan untuk ibadah, hingga waktu pulang. Sudah ibadahlah dia. Tapi tetap saja ada batas waktunya, 12 jam. Ada liburnya sabtu-minggu, dikasih cuti pula 14 hari setiap tahun.

Sekolah kita juga ibadah. Tapi selama2nya sekolah, SD 6 tahun, SMP 3 tahun, SMA 3 tahun, kuliah 4 tahun, tetap nggak lama2 banget. Pun juga ada libur panjang, libur semester, dsbgnya. Bisa pula cuti kuliah, berhenti dulu.

Nah, dari sekian banyak ibadah, ternyata ada yang lama banget. Bahkan bolehlah kita sebut yang paling lama. Apa itu? Yaitu menikah. Jika kita menikah usia 25, bertahan hingga usia 50 tahun, maka selama 25 tahun sudah kita menikah. Lama sekali. Tidak ada liburan dari menikah, juga tidak ada cutinya. Sekali terikat pernikahan, maka bisa panjang sekali durasinya. Ada sih yg cerai segera, atau menikah berkali2--tapi kita tidak sedang membahas tentang itu.

Menikah adalah ibadah yang berdurasi lama--siapapun pasti niatnya pengin bertahan hingga meninggal. Menikah disebut menggenapkan separuh agama, saking seriusnya ibadah ini. Ketahuilah, pernikahan yang baik, dijalani dengan baik, melahirkan keluarga yang baik, anak2 yg saleh dan salehah, maka dia menghabiskan separuh hidup kita. Bahkan lebih. Tanyakanlah ke orang tua, kakek-nenek kita yg menikah 40-50 tahun, bahkan lama menikahnya jauh lebih lama dibanding lama hidup ketika belum menikah (yg hanya 25-30 tahun).