Friday 20 November 2015

SUKU BUGIS, DARI SULSEL SAMPAI TANAH MELAYU

Orang Bugis, dikenal dengan sebutan To Ugi, tidak saja mendiami hampir seluruh kawasan di Sulawesi Selatan. Tapi juga menyebar di seluruh wilayah Sulawesi, mulai dari Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah hingga Sulawesi Tenggara. Menurut Wikipedia, selain di pulau Sulawesi, orang Bugis juga menyebar di Pulau Jawa, Kepulauan Nusa Tenggara, Kalimantan, Sumatera, hingga Ambon, Kepulauan Maluku Utara, sampai ke Papua. Kantong kantong orang Bugis di Papua terdapat di Timika, Sorong dan Jayapura.

Di luar Sulawesi Selatan, Orang Bugis ditemukan paling banyak di Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan. Di Indonesia sendiri menurut sensus tahun 2000, jumlah orang Bugis sekitar 5 juta jiwa, 4 juta diantaranya berdiam di Sulawesi Selatan. Saat ini, orang Bugis di Indonesia diperkirakan berjumlah 7,5 Juta Jiwa. Di luar angka itu, (masih menurut wikipedia) diperkirakan ada sekitar 4 juta masyarakat Indonesia yang mengklaim dirinya sebagai keturunan Bugis.

Di luar Indonesia, orang Bugis yang sudah berbaur dengan masyarakat setempat, banyak ditemui di Malaysia. Tahun 2000 (menurut Wikipedia) Orang Bugis di Malaysia yang sudah menjadi bagian dari warga negara Malaysia ada sekitar 780.000 Jiwa. Saat ini diperkirakan orang Melayu keturunan Bugis mencapai 1 juta Jiwa. Mereka tersebar di Johor, Selangor, dan daerah semenanjung Malaysia lainnya, hingga ke wilayah Sabah dan terbanyak di Tawau.

Suku bugis dikenal sebagai perantau ulung. Ini tidak bisa dipisahkan dari keinginan orang Bugis untuk hidup merdeka. Masyarakat Bugis mulai meninggalkan tanah nenek moyangnya, sejak terjadinya pertikaian etnik antara Kerajaan Bugis dan Makassar pada Abad ke 16 & 17, hingga saat Belanda masuk ke Indonesia di Abad ke 17 dan 18.

Mereka tidak hanya merantau tapi, orang bugis yang juga dikenal sebagai pejuang yang gagah berani menyebar ke seluruh pelosok Indonesia membantu mengusir penjajah. Raja Madura, Buton dan Lombok pernah meminta bantuan bala tentara Bugis ke Kekerajaan Bugis untuk mengusir penjajah dari tanah mereka.

Orang Bugis yang juga dikenal sebagai pelaut ulung, hingga saat ini tidak hanya menyebar di Indonesia, Malaysia dan Singapura tapi juga sampai ke Thailand, Philipina, Australia Utara hingga ke Madagaskar dan Afrika Selatan.

Umumnya warga Bugis mudah sekali beradaptasi dengan daerah yang mereka tinggali. Hal itu tidak terlepas dari falsafah hidup mereka ‘Dimana Langit Dijunjung, Disitu Bumi Dipijak’. Artinya, bahwa orang Bugis bisa menyesuaikan diri dimana pun mereka berada. Tidak heran, Orang Bugis di Malaysia, akan menjadi orang Melayu, begitu juga di Singapura dan Brunai.

Sejarah Singapura sendiri tidak bisa dilepaskan dari Orang Bugis. Menurur Wikipedia yang mengambil beberapa literatur, orang Bugis termasuk penduduk pertama yang mendiami Singapura, Batam dan pulau pulau di sekitarnya, termasuk Johor di semenanjung Malaysia. Itulah sebabnya, Orang Melayu baik di Kepulauan Riau, Jambi, Malaysia, Singapura dan Brunei, memiliki kekerabatan yang erat dengan Orang Bugis. Kampung Bugis yang kini terkenal dengan Bugis Village dan Bugis Junction adalah bukti adanya ikatan kekerabatan dan sejarah itu.

Bukti lain adanya ikatan emosional orang Bugis dan Orang Melayu Malaysia, yakni adanya kaitan sejarah antara kedua etnik ini. Seperti yang ditulis dalam petikan Wikipedia berbahasa Melayu berikut :

“Bugis memainkan peranan yang penting dalam sejarah di Tanah Melayu. Mereka terlibat secara langsung atau tidak langsung di dalam politik dan perbalahan negeri-negeri Melayu ketika itu, terutama sekali negeri Johor. Ianya bermula apabila Daeng Loklok ingin memerintah Johor tetapi tidak dipersetujui oleh pemerintah negeri Johor Riau Lingga ketika itu, iaitu Raja Kechil. Ini menyebabkan Daeng Loklok atau Bendahara Husain meminta bantuan Raja-Raja Bugis untuk menumpaskan Raja Kechil. Bermula dari sinilah campur tangan Bugis di Tanah Melayu. Malah, anak Daeng Chelak, Raja Lumu, dinobatkan sebagai Sultan Selangor pertama.”

Di Indonesia orang Bugis, banyak bergelut di dunia politik, hukum, tatanegara, dan perdagangan. Mantan Presiden RI, BJ Habibie adalah peranakan Bugis-Gorontalo, Wakil Presiden RI saat ini, Jusuf Kalla dan juru bicara Kepresidenan, Andi Alfian Mallarangeng, juga Orang Bugis. Orang Bugis juga banyak bekerja sebagai Jaksa dan Hakim. Namun, tidak banyak orang Bugis yang menjadi Pengacara, konon karena orang Bugis terkenal dengan sifatnya yang tidak suka berdebat kusir.

Seperti halnya di Indonesia, orang Bugis di Malaysia juga banyak bergelut di dunia politik. Sebut saja Timbalan Perdana Menteri Malaysia(Wakil Perdana Menteri sekarang) Dato Seri Muhammad Najib Tun Razak adalah orang Bugis. Di parlemen Malaysia juga tercatat banyak Orang Melayu keturunan Bugis. Sultan Kerajaan Selangor pertama juga adalah Orang Bugis, yang secara turun temurun sudah menjadi bagian orang Melayu. Di Batam sendiri, Walikota yang memimpin Pulau Itu sekarang, Drs. Ahmad Dahlan, juga seorang perantau Bugis.

Saat ini, Orang Bugis menggunakan tiga bahasa utama di Indonesia, Malaysia, Brunei dan Singapura. Khusus di Indonesia mereka menggunakan bahasa Indonesia dan Bugis. Sedangkan di Malaysia, Brunei dan Singapura mereka menggunakan Bahasa Melayu dan Bugis. Di Philipina mereka memakai bahasa Tagalog.

Di luar Indonesia, Orang Bugis, sebagian besar tidak lagi menggunakan Bahasa Bugis sebagai bahasa sehari hari. Hanya segelintir orang bugis yang masih memakai bahasa Bugis sebagai bahasa pengantar dalam keluarga. Umumnya mereka adalah orang Bugis yang bermukim di wilayah Sabah dan Tawau.

Masyarakat Bugis mempunyai tradisi untuk menjaga keutuhan kesukuannya. Biasanya Orang Bugis lebih suka menikah sesamanya orang Bugis, bahkan biasanya mereka memilih menikah dengan kerabat terdekat. Salah satu tujuannya, agar ikatan kekeluargaan yang memang sudah sangat rapat, akan semakin dekat. Tradisi pernikahan seperti ini, berlaku hampir di semua masyarakat Bugis di mana pun.

0 comments:

Post a Comment