Friday 8 July 2016

IBU, PEJUANG DIBALIK LAYAR

Kenapa ibu rumah tangga itu mulia sekali? Kenapa? Karena dia membesarkan anak-anak? Bukan itu jawabannya, karena banyak orang yang bisa membesarkan anak-anak sama baiknya degan mereka, baby sitter misalnya, dibayar. Karena dia mendidik anak-anak? Bukan. Karena toh juga banyak yang bisa mendidik anak-anak lebih baik, guru, trainer, instruktur misalnya. Semakin profesional, semakin jago--meski semakin mahal bayarnya.

Kenapa ibu rumah tangga itu mulia sekali? Jawabannya adalah: karena mereka mengorbankan hidup mereka demi orang2 di sekitarnya berkembang. Pengorbanan, itulah kata kuncinya.

Sungguh, tidak terbilang ibu rumah tangga yang bisa saja jadi wanita karir, bisa menggapai CEO, direktur, tapi dia memilih menjadi ibu rumah tangga di rumah saja. Tidak terbilang ibu rumah tangga yang bisa jadi profesor, doktor, jadi apapun yang mereka mau karena pintar dan brilian. Tidak terbilang dari mereka yang bisa jadi Presiden, Menteri, astronot, dokter, artis, apapun itu, tapi ketika mereka memilih menghabiskan waktu menjadi ibu rumah tangga, mereka telah mengambil langkah yang amat mulia: mengorbankan hidup mereka demi membesarkan dan mendidik anak-anaknya, mendukung suaminya dari belakang, menjadi orang dibalik layar. Mereka mengorbankan hidupnya agar orang disekitar berkembang.

Kenapa menjadi guru itu amat mulia? Juga sama rumusnya, karena guru-guru terbaik, hei, sejatinya guru2 terbaik ini bisa sukses kalau dia mau jadi pengusaha, mau jadi insinyur, tapi mereka memilih mengajar dengan kesadaran penuh, dengan kecintaannya. Mereka mengorbankan hidupnya dengan cukup menjadi guru saja, mendidik anak-anak, agar anak-anak ini berkembang baik, menjadi kebanggaan. Tahu resikonya, tidak akan kaya raya dengan jadi guru. Jalan yang dia pilih. Itulah kenapa guru amat mulia.

Disekitar kita, banyak sekali jenis pengorbanan yang indah. Sebatang lilin membiarkan tubuhnya meleleh demi terang sekitar. Seorang Ibu rela hidup-mati demi melahirkan anak tersayang. Seorang Ibu rela tidak beli baju demi anak-anaknya beli baju. Tidak tidur demi anak-anaknya tidur. Pengorbanan2 yang mengharukan. Dan kita, Kawan, selalu bisa mengambil jalan itu, jalan pengorbanan. Bersedia menukar hidup kita demi kebahagiaan orang-orang yang kita sayangi.

Ketahuilah, semakin lapang hati kita memilihnya, semakin lega, maka semakin indah jalan pengorbanan itu. Dilakukan penuh kesadaran, dilakukan penuh ihklas dan tulus. Biarlah, biarlah orang-orang yang kita cintai berkembang, orang-orang menggapai cita-cita, mimpi-mimpi terbaiknya, kita memutuskan menjadi jalan terbaik bagi mereka, mensupport, mendukung. Nama kita boleh jadi tidak akan diukir di prasasti, nama kita boleh jadi tidak akan diingat siapapun. Tapi kita akan selalu mengukir, mengingat ketulusan pengorbanan yang kita lakukan. Itulah kenapa Ibu rumah tangga amat mulia dan spesial. Mereka adalah pahlawan dalam sebuah pertempuran besar egoisme, keinginan diri sendiri.

0 comments:

Post a Comment